Jumat, 06 April 2012

Ethopia atau Somalia?


Perkenalkan namaku Anis a.k.a Ani Setiya Rahayu, terlahir 22 tahun yang lalu di Jakarta dan saat ini sedang menempuh studi sebagai calon pendidik di salah satu perguruan tinggi negeri dijakarta.
Sore yang cerah ditrotoar kampus, seperti biasa mengunjungi perpustakaan untuk mengumpulkan inspirasi judul skripsi yang bisa kupergunakan nanti.  Banyak yang berubah dikampus, mungkin karena cukup lama kutak berjalan sendiri seperti ini, dari kejauhan seperti ada seseorang yang kukenal?, sambil berbisik dalam hati “Kagetin ahhhh...”, pikiran jahilku mulai kambuh.
Terlihat seorang perempuan berjilbab rapi berjalan sambil menunduk seperti sedang mencari koin. Sambil menghitung dalam hati aku ambil posisi terdekat untuk bersembunyi. “1..2..3...Hyaaaaa apa kabar ukhti?” sudah dapat kutebak reaksinya terkejut namun tetap jaga image. “AAAA...Kemana aja anti?
Kok udah lama gak kelihatan dikampus? Oh iya kita ada rencana kerja baru ini, ikutan yah?”. Gak heran juga sih baru ketemu langsung nodong tugas, namanya Fatma Muhammad salah seorang anggota awal di tim mahasiswa mengajar somalia ini.  
Subhanallah walhamdulillah...
Bisa dipertemukan dengan pak iqbal setyarso siang ini dikantor ACT, diberikan gambaran dan pengalaman seputar somalia dan medan yang akan kita tangani nanti. Ada desir keinginan yang semakin lama semakin menguat, “Ya, saya harus berbuat sesuatu untuk mereka disana (Somalia. Red)”. Walau masih awam dengan bidang ini sungguh tidak sedikitpun mengurangi keinginanku untuk memulai pengalaman ini. Dan dari sinilah cerita itu dimulai.
Gimana? Semua siap berangkat kan?” tanya pak iqbal singkat disela- sela pembicaraan. “Tolong buat rencana- rencana yang kalian ingin buat untuk kesana” lanjut pak iqbal. “Wih jadi kita beneran mau kesana nih” bisikku dalam hati.
Tolong persiapkan perizinan ke orangtua yah, dan waktu yang tepat untuk kalian siap kesana” pak iqbal mencoba memantapkan kami lagi.
Sesampainya dirumah mencoba menyusun kata untuk memulai ini semua, sehari..dua hari..tiga hari..seminggu dari pertemuan di ACT siang itu belum berani juga kuucapkan.
###
Tumbuh ditengah keluarga kecil yang hangat tidak membuatku mudah terbuka dengan keluarga tentang masalah yang kumiliki. Yups, hanya masalah dan yang memungkinkan dapat membebani keluarga. Untuk hal ini juga membuatku sedikit resah karena sifat orangtua terutama mama yang pastinya melarang dengan cukup keras rencana bepergianku keluar kota dan bahkan keluar negeri yang tidak ada kaitannya dengan urusan sekolah.
Hal inilah yang membuatku menjadi lebih suka mempersiapkan segalanya sendiri terlebih dahulu sebelum berangkat dan saat mendekati keberangkatan, setelah beres semua barulah perizinan kuminta dari orangtuaku. Dan Alhamdulillah selama ini cara itu berhasil. Hehehe...* dont try this at home
###
Satu bulan berlalu, segala persiapan program terus dimatangkan bersama- sama. Dan rencana untuk mensosialisasikan kegiatan ini keberbagai sekolah, universitas, organisasi dan komunitas. Aku mulai berani membuka pembicaraan ke mama, “ma, kalo anis nanti kuliah s2 diluar ngeri boleh gak?” kumulai pembicaraan disela- sela waktu santai, “Boleh aja tapi cari beasiswa, tapi emang gak bisa cari yang didalam negeri aja? Mama gak bisa biayain lho”. “Yah kan namanya beasiswa, kalo ke luar negeri selain sekolah boleh gak ma?” sambungku lagi. “Yah terserah kamu aja deh”.
WIHIIIIIIIII... Mulai berani deh buka pembicaraan ke mama terkait hal ini. Setelah semua siap pasti akan kutuntaskan semuanya ke mama dan bapak
Dipertengahan februari disaat kegiatan perizinan dimulai kembali kuberanikan diri untuk membahas wacana ini kepada mama, tepat saat mama menanyakan aktifitasku yang mulai kembali padat ditengah libur kuliah yang belum juga selesai.


“Dek, kamu udah masuk kuliah ya?” mama tiba-tiba memecah keheningan sore itu. 
“Ah, engga kok belum masuk, nanti insyallah 5 Maret baru masuk lagi. Emangnya kenapa ma?” sambungku masih sedikit tak mengerti.
“Kok dari kemarin bolak balik ke kampus aja? Emangnya ada kegiatan apa?” dengan nada santai mama bertanya. “Ahahaha..kayak gak tau anaknya sibuk aja. Ehmmm sebenernya sih sekarang lagi ada program terkait pendidikan juga, makanya sibuk.”
Diam sejenak.
“OO..Dari kampus? Bagus dong..nambah pengalaman nanti kalo udah jadi guru beneran kan gak bisa sebebas sekarang. Pendidikan apaan emangnya?”

Kesempatan besar tak boleh disia- siakan, “Ini lho ma, ada program pendidikan tapi bukan untuk anak- anak di Indonesia tapi anak- anak di Somalia. Mama pernah denger kan ada yang kelaparan gitu diafrika sana. Nah rencananya mau buat program untuk pendidikan disana.”
“Ethopia yah?” tanya mama singkat.
“Bukan, Somalia. Tetangganya somalia. “ “sama- sama kulit hitam tapi ini negeri muslim ma..”
Yups, pembicaraan malam itu begitu saja terputus. Inginku melajutkannya namun mama yang tiba- tiba mengangkat telepon membuatku enggan melajutkannya lagi. Yah, cari momen yang tepat lagi deh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar