Kamis, 02 Juni 2011

Book Review: Ranah 3 Warna

Akhirnya buku kedua dari trilogi negeri 5 menara bisa saya tamatkan, dengan agak lama. karena hanya sempat dibaca berangkat dan pulang kuliah diangkot, itu juga kalo gak ketiduran :)


Buku karya A. Fuadi yang pertama yang berlatarkan negeri maninjau dan Pondok Madani cukup mengoyak imajinasi pembaca dengan latar yang sangat apik disusun dari awal hingga akhir novel. bagaiman kekuatan kalimat man jadda wajada menjadi kekuatan tersendiri dihati para penghuni pondok madani, dan bagaimana kekuatan man shabara zhafira menjadi kekuatan yang lebih dahsyat lagi bagi alif dibuku kedua ini. Perjuangan dan perjalanan baru seorang Alif fikri pemuda lulusan pondok madani asal maninjau yang telah mengikrarkan janji bersama sahabat- sahabatnya (shohibul menara) dibawah menara kala menuntut ilmu dipondok madani.

Diawali dengan syair indah yang diterjemahan bebas dari karya Sayyid Ahmad Hasyimi (yang diajarkan ditahun ke-4 di Pondok Modern Gontor, Ponorogo) yang mengawali perjalanan awal tahap kedua kehidupan seorang Alif Fikri

Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus- meneruslah berbuat baik, ketika dikampung dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya akan diganjar, diperut bumi dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh didalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan dikampung kelahiranmu
Sungguh kemuliaan itu ada dalam diperantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh- sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan 
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan



Dalam buku ini dikisahkan tentang bagaimana nasib dengan "irama" lugasnya membawa Alif kedunia- dunianya yang baru? Bagaimana persaingan abadinya dengan Randai? Siapakah Raisa? Apa kabar shahibul menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang India, Michael Jordan dan Ksatria berpantun? Apa hadiah Tuhan untuk kesabaran yang kukuh?


“….tanpa sabar, rasanya tidak mungkin aku bisa berkelana melintas Bandung, Amman, dan Saint-Raymond (Kanada); tiga ranah berbeda warna….” (R3W, hal. 466)


Ranah 3 warna adalah hikayat tentang bagaimana impian tetap wajib dibela habis- habisan walau hidup digelung nestapa tak berkesudahan. Tuhan sungguh bersama orang yang sabar!


Semoga secuil ulasan mengenai buku ranah 3 warna ini dapat memotivasi temen- temen semua untuk semakin mencintai aktifitas membaca. Insyallah semakin menginspirasi serta memberikan semangat baru untuk kita semua dalam mengapai mimpi yang pernah kita tulis ^___^


Pondok Labu, 01 Juni 2011 18.05 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar